Sukri Umar Pertanyakan Anggaran Rp 15 M untuk Ventilator RSUD Sulbar
Mamuju, Deskriptif.co.id – Dewan pertanyakan penolakan managemen rumah sakit regional untuk pasien terpapar Covid-19. Sementara, rumah sakit rujukan Covid-19 di Sulawesi Barat (Sulbar) hanya RS Regional.
Ketua Komisi II DPRD Sulbar, Sukri Umar mengatakan, persoalan rumah sakit regional tidak boleh didiamkan. Politisi Demokrat tersebut juga mempertanyakan sikap pemprov Sulbar yang tidak membeli ventilator untuk rumah sakit. Padahal anggarannya sudah ada di APBD 2021 dikantong Belanja Tidak Terduga (BTT) Rp 15 miliar dan baru Rp 1 miliar dibelanjakan.
“Kita ingin dong bertanya kenapa ditolak, alasannya pentilator hanya sepuluh, ini tidak bisa diterima,” kata Sukri, Kamis (5/8/2021).
Sukri menduga pihak pemprov membiarkan masyarakat Sulbar tidak berobat di rumah sakit.
“Tidak mungkin melayani pasien tidak sesuai SOP. Pertanyaannya kenapa tidak digunakan uang yang sudah kita setujui,” ungkap Sukri.
Intensif nakes di rumah sakit regional yang belum dibayarkan juga menjadi sorotan anggota dewan yang mengantongi 8.146 suara pada pilek lalu.
“Padahal ada uangnya. Jadi apa masalahnya,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur RSUD Regional Sulbar, dr Indahwati Nursyamsi mengatakan, penerimaan pasien Covid-19 tidak dilayani untuk sementara waktu.
“Penuh total semua tempat pasien Covid-19, biar ruangan UGD juga penuh,” ungkap dr. Indahwati, Senin (2/8/2021).
Lima tenda khusus pasien Covid-19 juga full. Bahkan banyak perawat RSUD Regional Sulbar yang juga terpapar Covid-19. Sementara itu ketersedian oksigen atau 02 masih ada sampai saat ini.
“Tapi pasien Covid-19 banyak. Jadi janganmi dulu sakit,” ungkap Indahwati.
Sementara itu, Indahwati memohon maaf kepada pasien agar tidak ke RS Regional dulu.
“Saya harap ke rumah sakit lain dulu. Sekali lagi kami memohon maaf,” tandasnya.(Adv)