Peringati Harsiarnas ke-88, Komisioner KPID Menyusuri Lembaga Penyiaran Dengan Naik Sepeda

POLMAN, Deskriptif.co.id – Komisi penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Barat melakukan Napak Tilas penyiaran dengan cara unik. Urwa. S.IP salah satu anggota KPID Sulbar di bidang P2SP lakukan kunjungan ke stasiun radio dengan cara bersepeda.
Kegiatan ini dilakukan bermula karena komisioner KPID Sulbar tersebut memang hobby bersepeda. Gowesnya mulai dari arah barat Kab. Polman di LPB Mavima, salah satu lembaga penyiaran berlangganan yang telah memiliki izin tetap dari kementerian RI.
Dimulai pukul 08.08 WITA, Urwa menempuh perjalanan yang berjarak 48 Km dari Kota Tinambung ke Kota Polewali menyusuri beberapa lembaga penyiaran yang pernah memberikan edukasi, hiburan kepada warga setempat saat mengudara.
Adapun nama-nama lembaga penyiaran yang disusur lewat gowes adalah Radio FM Klasik di Desa Karama kec. Tinambung, FM Kel. Balanipa di Kec. Balanipa, Mercuri GARMAPALA Desa Sabang Subik/Pambusuang, BONEK Desa Bala, Radio Komunitas Desa Suruang dan Palado di Kec. Campalagian, SUWARNA dan SIMPAttI di Desa Kenje, Resota di Kompleks pasar Campalagian
dan Star FM di Desa Bonde.
Stasiun radio yang telah disebutkan di atas lahir sejak thn 1995 sampai thn 2014. Dan salah satu yang populer radio SAWERIGADING yang beralamat Jl. Briwijaya no 8 Kec. Wonomulyo. Fansnya bukan hanya orang Wono namun di luar pun lebih banyak.
Puncak Harsiarnas ke 88 thn 1933-2021 telah dilakukan di Kota Solo. Harsiarnas telah memiliki peninggalan bersejarah berupa monumen penyiaran. Berbagai rangkaian kegiatan diantaranya adalah Napak Tilas Penyiaran sebagai temanya pada tgl 28 maret 2021.
Pada pelaksaannya, Tentu tetap menerapkan protokol kesehatan, dengan membatasi jumlah peserta sebanyak 50 orang dan menggunakan masker serta jaga jarak. Kegiatan Gowes keliling Kota Solo dan mengunjungi monumen penyiaran dihadiri oleh Ketua KPI Pusat Agung beserta jajarannya.
Kegiatan Harsiarnas dihadiri oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bersama Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, dengan puncak acara diselenggarakan di Auditorium Sarsito Mangunkusumo, Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI), Kota Solo, Jawa Tengah, Kamis, 1 April 2021. Pemilihan lokasi ini, tak lepas dari nilai kesejarahan gedung LPP RRI yang awalnya merupakan studio Solosche Radio Vereniging (SRV).
Mengusung Tema “Penyiaran sebagai pendorong Kebangkitan Ekonomi Pasca Pandemi,” hadir Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Platte, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, dan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Acara ini juga disaksikan Komisioner KPI Daerah, Kepala Dinas Kominfo Provinsi, dan Perwakilan Lembaga Penyiaran melalui zoom meting.
Apa alasannya memilih Gowes dan Menapak Tilasi Penyiaran?
Gowes/Bersepeda adalah salah satu olahraga yang simpel. Membuat kita sehat jasmani dan rohani. Dengan kondisi tubuh yang sehat, tentu akan memudahkan untuk menyimak infomasi dan edukasi dari lembaga penyiaran radio maupun siaran televisi. Penting juga bagi masyarakat dalam memilih siaran yang berkualitas serta edukatif.
“Misalnya, film yang melakukan adegan perkelahian. Bisa saja habis nonton hal itu dilakukan oleh anak-anak di zona bermain. Akhirnya negatif dan berimbas ke orangtua lagi.” Terasng Urwa.
Lanjutnya, “Sudah terlalu lumrah, melalukan kunjungan dengan menggunakan motor atau mobil. Kita mau buat inovasi baru, ciptakan Siaran Sehat untuk Rakyat, tentu sebagai dasarnya adalah tubuh yang sehat, yang salah satunya ditunjang dengan rajin berolahraga adalah rajin.”
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih empat jam, tibalah Urwa di Kota Polewali, di studio Radio Mario Fm 99,9 disambut dengan talkhsow bersama redakturnya Rusman Tony dan dipandu oleh seorang Penyiar yang disapa I Daeng.
Saat talkshow berlangsung, beberapa pendengar Mario menelpon dengan memberikan pertanyaan dan saran di momen Harsiarnas. “agar seluruh warga indonesia dapat memperingatinya dalam bentuk menonton dan mendengarkan program atau tayangan lembaga penyiaran, Bahwasanya, kita dapat menikmati penyiaran saat ini tak lain dari jasa para pahlawan kita yang telah menemukan frekuensi radio dan beserta alat penyiaran lainnya.” ujar Ipun salah satu warga di Manding.
Setelah melalukan talhshow, komisoniner tersebut kembali mengelilingi Kota Polewali di sore hari. Di mana terdapat lembaga penyiaran yang juga pernah mengudara seperti Radio TCK, Tipalayo milik pemda di Gedung Gadis, Radio di IAI, UNASMAN dan BIGES Polewali Mandar.
“Salah satu yang perlu disiapkan lebih awal suatu lembaga adalah sebuah gerakan massif yang dilakukan secara langsung ke masyarakat. Seperti infoemasi mitigasi bencana, saat padam PLN, jika pesawat radio putus mesti ambil di mana informasi. Misalnya kemarin pasca gempa di Majene dan Mamuju, komunikasi putus dan baru beberapa hari bisa kembali normal.” Ujar Urwa
“Kedepannya, media dan masyarakat mestinya bisa berkolaborasi. Sebab memang saling membutuhkan. Tentunya dengan cara lebih banyak memberikan masukan maupun tanggapan ke lembaga penyiaran, mediapun diharapkan mampu memberikan informasi yang berkualitas, edukatif dan imbang; baik kebudayaan, agama, olahraga, sosial dan khusus konten lokal yang mestinya lebih didorong dan ditingkatkan lagi buat konsumsi warga sekitar,” tutupnya.(Adv/hn)